Sangat menyedihkan: Bérgson Akhirnya Dipecat Hanya Kerana…….

Henri Bergson, seorang filsuf terkemuka abad ke-20, dikenal karena pemikirannya yang mendalam tentang waktu, kesadaran, dan intuisi. Namun, akhir karirnya yang gemilang berakhir dengan cara yang sangat menyedihkan. Dipecat dari posisi yang sangat dihormati, Bérgson mengalami momen yang tidak terduga, yang mencerminkan ketidakstabilan dalam dunia intelektual dan politik saat itu.

Bergson, yang mendapat pengakuan luas atas karyanya seperti “Time and Free Will” dan “Creative Evolution”, menghadapi tantangan besar di akhir Perang Dunia I. Meskipun banyak pengagum karyanya, situasi politik di Prancis dan Eropa saat itu menjadi semakin kompleks. Di tengah ketegangan yang meningkat, pemikirannya mulai dipertanyakan, terutama oleh kalangan yang lebih cenderung pada pemikiran positivisme dan logika ilmiah.

Salah satu alasan utama pemecatannya adalah ketidakcocokan pandangan. Di tengah era di mana sains dan rasionalitas mulai mendominasi pemikiran, Bergson berpegang pada filosofi yang lebih subjektif dan intuitif. Ketidakpuasan ini berujung pada kritik yang semakin tajam terhadap karyanya, di mana banyak intelektual mulai meragukan relevansinya. Banyak yang melihatnya sebagai pemikir yang terjebak dalam idealisme, terputus dari realitas empiris yang berkembang.

Selain itu, ada faktor sosial dan politik yang turut memengaruhi keputusan tersebut. Dalam konteks kebangkitan nasionalisme dan pergeseran ideologis, posisi Bérgson sebagai seorang Yahudi Prancis juga menjadi sasaran diskriminasi. Ketegangan etnis dan agama semakin menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi pemikir yang dianggap berbeda. Penolakan terhadapnya tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial yang lebih luas.

Bérgson dipecat dari posisi mengajarnya di Collège de France, bukan semata-mata karena karya-karyanya yang tidak relevan, tetapi juga karena lingkungan sosial yang tidak mendukung. Pengalaman ini menyoroti bagaimana dunia pemikiran sering kali dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mengarah pada ketidakadilan. Bérgson, yang telah berkontribusi besar dalam filosofi, harus menerima kenyataan pahit bahwa kadang-kadang nilai intelektual seseorang dapat dinilai tidak adil oleh konstelasi politik dan sosial.

Kesedihan yang menyelimuti pemecatan Bérgson menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya menghargai keberagaman pemikiran, serta perlunya melawan diskriminasi yang dapat merugikan pemikir yang mungkin tidak sepenuhnya dipahami atau diterima. Momen ini menekankan betapa rentannya posisi seorang intelektual dalam menghadapi perubahan zaman dan tantangan yang tidak terduga.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*